Video Game

Pengertian

Game atau permainan adalah sesuatu yang dapat dimainkan dengan aturan tertentu sehingga ada yang menang dan ada yang kalah, biasanya dalam konteks tidak serius atau dengan tujuan refreshing, tetapi terkadang ada juga yang sampai terbawa emosi karna saking seriusnya terhadap Game tersebut.
Video game adalah game yang berbasis elektronik dan visual. Video game dimainkan dengan memanfaatkan media visual elektronik yang biasanya menyebabkan radiasi pada mata, sehingga mata pun lelah dan biasanya diiringi dengan sakit kepala, sehingga dapat menyebabkan migran atau sakit kepala sebelah, sebenarnya bermain video game terlalu lama tidak bagus juga karena dapat menyebabkan kerusakan mata.

Kenapa disebut “Video Game” ? Itulah pertanyaan pertama yang muncul dalam benak kita. Kalau kita mendengar istilah “Video” pasti kita akan menghubungkannya dengan alat elektronik yang dapat menampilkan gambar (Visual) dengan bantuan Cassette sebagai media penyimpanan gambar. Game yang dikatagorikan sebagai Video Game adalah kombinasi penggunaan televisi atau media display sebagai media visual dan Console sebagai media penterjemah (interpreter) dari Cassette atau Compact Disc. Sejarah video game sendiri dimulai oleh seorang insinyur muda bernama Ralph Baer seorang pria kelahiran Jerman yang kemudian hijrah ke Negara Paman Sam (AS) tahun 1938, pada awal tahun 1949 ia diberi tugas membuat sebuah televisi dimana tempat ia bekerja, tetapi yang dihasilkannya adalah sebuah permainan yang dimasukan ke dalam televisi tersebut. Meskipun akhirnya Bear sendiri juga belum sempat merealisasikan idenya (karena terlanjur dibatalkan oleh atasannya), tapi idenya ini akhirnya terealisasi oleh orang lain, yaitu Willy Higinbotham yang memiliki hasrat imajinasi yang sama dengannya 18 tahun kemudian. Hasil yang diperoleh adalah sebuah permainan yang berupa game tenis interaktif dengan grafik yang sangat sederhana tanpa suara. Pada akhirnya hasil kerja mereka ditambah ratusan bahkan ribuan imajinasi orang lain seperti orang-orang Jepang Shigeru Miyamoto (Nintendo), Ken Kutaragi (Sony), Yu Suzuki (Sega) inilah yang saat ini kita kenal dengan isitilah Video Game. Game (permainan interaktif) terbagi dalam dua jenis, yaitu game untuk komputer PC dan game untuk kosol seperti PlayStation dan Gameboy. Menurut Interactive Digital Software Association (IDSA) pada Electronic Entertainment Expo, video game kini menjadi pemimpin di pasar hiburan karena disukai para remaja dan orang dewasa, selain jutaan penggemar game sejati lainnya. Inilah yang mendorong pesatnya pertumbuhan pasar. Studi yang dilakukam oleh IDSA menemukan bahwa 56 persen pemain konsol video game dan game komputer yang ada saat ini sudah mulai mengenal game selama 6 tahun lebih. Enam dari 10 pemain mengatakan bahwa mereka akan terus main game sampai 10 tahun mendatang. Studi ini juga menunjukkan bahwa 96 persen pembeli game PC adalah mereka yang berusia 18 tahun ke atas. Sementara itu, lebih dari 86 persen pembeli konsol video game berusia 18 tahun ke atas.

Konsol game lebih banyak digunakan oleh pemain berusia muda, sedangkan game PC malah sebaiknya. Di antara pemain game komputer laki-laki, 40 persennya adalah orang berusia 36 tahun ke atas, 26 persen berusia 18 sampai 15, sedangkan 34 persennya berusia di bawah 18 tahun. Lebih dari 72 persen pemain konsol game adalah laki-laki. Di antara mereka 45 persen berusia di bawah 18 tahun, 36 persen usianya antara 18 tahun sampai 15 tahun, sedangkan 19 persennya berusia di atas 36 tahun.

Manfaat Bermain Video Game

Main game sebenarnya bermanfaat atau tidak? Kita sering mendengar efek efek negatif dari main game, seperti sekolah atau kerjaan terbengkalai, pelajaran tertinggal dan sebagainya. Lalu pertanyaannya muncul, apakah ada manfaat dari main game itu?
Di tengah perdebatan pengaruh buruk yang ditimbulkan dari game, ada juga yang melakukan penelitian tentang manfaat yang didapat oleh gamer dari sebuah video game.
Beberapa peneliti dari University of Rochester di New York, Amerika melakukan riset mengenai pengaruh positif dari bermain game.
Dalam riset tersebut, para gamers usia antara 18 hingga 23 tahun dibagi menjadi dua kelompok.
Yang pertama, adalah gamer yang dilatih dengan game Medal of Honor (Sebuah game FPS yang cukup terkenal). Mereka main game ini satu jam tiap hari selama sepuluh hari berturut-turut.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa para pemain game ini memiliki fokus yang lebih terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya, jika dibandingkan dengan mereka-mereka yang jarang main game, apalagi yang tidak main sama sekali.
Gamer-gamer ini juga mampu menguasai beberapa hal dalam waktu yang sama atau multitasking bahasa kerennya.
“Video game bergenre action itu menguntungkan, dan ini adalah fakta” kata Daphne Bavelier, ahli syaraf dari Rochester.
“Hasil penelitian kami ini juga sangat mengejutkan karena proses belajar lewat main game ternyata cepat diserap seseorang. Dengan kata lain, game dapat membantu melatih orang orang yang memiliki problem dalam berkonsentrasi" tegas Bavelier.
Sementara itu, penelitian untuk kelompok kedua adalah kelompok gamer yang dilatih dengan Tetris. Tak seperti gamer medal of honor, gamer Tetris hanya berfokus pada satu hal pada satu waktu.
Menurut C. Shawn, rekan Bavelier, kesimpulan dari test ini adalah bahwa mereka yang main Medal of Honor mengalami peningkatan dalam visual skill (atau penglihatan).
Bermacam-macam tugas/quest yang terdapat dalam game action (misalnya mendeteksi musuh baru, melacak musuh, menghindari serangan, dll) dapat melatih berbagai aspek dari kemampuan visualisasi terhadap kurikulum Sekolah
Menurut Professor Angela McFarlane, Direktur Teachers Evaluating Educational Multimedia, "guru-guru mengalami kesulitan untuk memanfaatkan game pada saat jam pelajaran sekolah karena penggunaan video game tidak termasuk dalam kurikulum nasional"
McFarlane menambahkan bahwa, seandainya, game-game tertentu dapat dimainkan di dalam kelas secara legal dan merupakan bagian dari kurikulum, mungkin bukti dari penelitian para ahli tentang manfaat video game dapat dirasakan.
Murid murid yang memainkan game Battle of Hasting (game perang antara Normandia dan Saxon di Hasting) , di mana mereka berperan sebagai prajurit ataupun jendral dalam game tersebut, juga memberikan manfaat bagi para pemainnya.
Penelitian menunjukkan bahwa Game ini membantu meningkatkan skill dalam bernegosiasi, mengambil keputusan, ataupun melakukan perencanaan, dan berpikir strategis.
James Paul Gee, penulis buku "What Video Games Have to Teach Us About Learning and Literacy", berharap suatu saat nanti guru-guru dapat melibatkan game dalam tugas murud-muridnya.
“Kalau ilmuwan dan kalangan militer sudah memanfaatkan game sebagai simulasi dan pengajaran, kenapa sekolah tidak melakukan yang sama?”
Selain itu para peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika , sudah memulai proyek yang mereka namakan “Education Arcade”. Proyek ini selain melibatkan peneliti, desainer game, pelajar dan mahasiswa, serta mereka yang tertarik dalam mengembangkan dan menggunakan game-game komputer dan video game di dalam kelas.
“Walaupun main game menjadi salah satu hiburan paling populer di dunia dan sudah dilakukan penelitian tentang dampak positif dan negatifnya terhadap gamer, masih saja game sering kali diremehkan.” Itu pernyataan dari Mark Griffiths, profesor di Nottingham Trent University, Inggris.
Untuk menyeimbangkan antara pro dan kontra terhadap game, selama lima belas tahun terakhir ini ia melakukan riset. Hasilnya? “Video game aman untuk sebagian besar gamer dan bermanfaat bagi kesehatan,” ujar Griffiths.
Menurut Griffiths, game dapat digunakan sebagai pengalih perhatian yang ampuh bagi yang sedang menjalani perawatan yang menimbulkan rasa sakit, misalnya chemotherapy.
Dengan main game, rasa sakit dan pening mereka berkurang, tensi darahnya pun menurun, dibandingkan dengan mereka yang hanya istirahat setelah diterapi. Game juga baik untuk fisioterapi pada anak-anak yang mengalami cedera tangan.
Selain itu, bermain game ternyata bisa mengurangi kepikunan pada saat menjelang berumur.
“Bermain (videogame) bersama cucu sangat baik bagi para lansia. Sebab, kami tahu bahwa interaksi sosial mampu meningkatkan kemampuan daya pikir para manula,” kata peneliti yang juga profesor psikologi dari University of Illinois, Amerika Serikat, Dr Arthur F. Kramer.
Dalam penelitian yang dilansir jurnal Psychology and Aging edisi Desember disebutkan, studi itu melibatkan 40 lansia sehat dengan range usia antara 60-70 tahun. Awalnya, para partisipan mengikuti beberapa variasi tes mental. Riset tersebut menunjukkan manula yang bermain videogame dengan strategi berat bisa meningkatkan skor mereka berdasarkan jumlah ujicoba daya ingat.
Riset mencakup 49 manula yang secara acak ditugasi untuk main videogame, dan kelompok yang tidak ditugasi main game selama lebih dari sebulan. Kelompok main game menghabiskan waktu 23 jam untuk terlibat dalam “Rise of Nations, video game dimana para pemain berkeinginan mencapai dominasi dunia. Menguasai dunia membutuhkan setumpuk tugas berat termasuk strategi militer, membangun kota-kota, mengelola ekonomi dan memberi makan rakyat.game-ron-21
Ketika penelitian berakhir, kemampuan mental mereka kembali diuji. Jika dibandingkan dengan mereka yang tidak memainkan video game, pemain Rise of Nations menunjukkan peningkatan yang lebih besar soal cara kerja otak, ingatan jangka pendek, daya nalar, dan kemampuan berganti tugas.

Jadi manfaat dari bermain game, dapat disimpulkan dalam beberapa point sebagai berikut:

  • Bisa menjadi sarana hiburan yang menyediakan interaksi sosial.
  • Membangun semangat kerja sama atau teamwork ketika dimainkan dengan gamers-gamers lainnya secara multiplayer
  • Bagi manula (lansia) , bisa mengurangi efek kepikunan.
  • Meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri anak saat mereka mampu menguasai permainan.
  • Mengembangkan kemampuan dalam membaca, matematika, dan memecahkan masalah atau tugas
  • Membuat anak-anak merasa nyaman dan familiar dengan teknologi – terutama anak perempuan, yang tidak menggunakan teknologi sesering anak cowok.
  • Melatih koordinasi antara mata dan tangan, serta skill motorik.
  • Mengakrabkan hubungan anak dan orangtua. Dengan main bersama, terjalin komunikasi satu sama lain.
  • Bisa membantu memulihkan kesehatan untuk beberapa kasus penyembuhan.